Jumat, 12 Februari 2010

PETA PERKEMBANGAN PILKADA PONOROGO

PETA PERKEMBANGAN
CALON BUPATI, KENDARAAN POLITIK DAN MBAH IMAM SUDRAJAT
Oleh:
Muh Fajar Pramono,
Dosen ISID Gontor dan direktur LP2BM


Untuk membaca siapa calon Bupati yang akan bertarung dan potensial pada pilkada 2010 setidaknya bisa dilihat dengan beberapa factor, (tanpa bermaksud mengabaikan factor-faktor lain). Pertama, dari segi popularitas calon Bupati. Kedua, factor kendaraan politik (baca: parpol). Ketiga, factor kekuatan dana. Keempat, factor pasangan/ calon wakil Bupati. Kelima, factor Mbah Imam Sudrajat.
Dari segi popularitas ada tiga calon Bupati yang harus diakui belum tertandingi oleh calon lain, yaitu: Muhadi Suyono (incumbent Bupati), Amin (incumbent Wakil Bupati) dan Supriyanto (mantan Ketua DPRD) (bukan berdasarkan urutan popularitas). Kebetulan pemain-pemain lama (karena konsekuensi pemilihan langsung). Tidak menutup kemungkinan munculnya calon lain. Terlepas pertimbangan strategi atau alasan lain (dalam rangka menghitung kekuatan diri maupun kekuatan lawan yang telah beredar), hingga sekarang belum muncul atau dimunculkan.
Sedangkan dari segi kendaraan politik yang baru definitive (relative jelas) adalah Supriyanto, yaitu dari PDIP (10 kursi, atau lebih 2 kursi dari ketentuan). Karena sebagai calon tunggal dari PDIP. Kecuali DPD Jatim dan DPP PDIP mempunyai pertimbangan lain. Kemudian Muhadi Suyono, yaitu dari PKB (dengan tambahan dari PKNU dan Hanura). Jika belum clear hingga sekarang kemungkinan lebih terkait dengan deal-deal yang harus disepakati. Tidak mustahil jika terjadi deadlock (terkait dengan deal tersebut) akan berpotensi bergeser ke Golkar sebagai alternative. Siapapun calon Bupati, termasuk Muhadi Suyono berprinsip dengan biaya serendah-rendahnya dan yang sama penting adalah rasa aman (tidak ditekan-tekan).
Adapun yang menarik adalah fenomena Amin, dimana hingga sekarang belum jelas kendaraan politik yang digunakan. Semula wacananya melalui Partai Demokrat (7 kursi, atau kurang 1 kursi dari ketentuan). Kemudian bergeser ke PAN (6 kursi, atau kurang 2 kursi dari ketentuan). Terakhir, wacanya akan menggunakan Golkar (9 kursi, atau lebih 1 kursi dari ketentuan) sebagai kendaraan Politik. Ketidakpastian kendaraan politik Amin diduga terkait dengan ketidak-jelasan terkait dengan kesiapan dan kekuatan dana yang bersangkutan. Disamping faktor idealisme dan garis politik partai (Demokrat, PAN dan Golkar), Juga tidak mustahil terkait dengan tarik menarik calon Wakil Bupati.
Dari segi Calon Wakil Bupati memang yang paling tinggi great/ nilainya Amin. (Sedangkan untuk menjadi Calon Bupati persoalan dan konteksnya lain). Maka wajar sekarang diperebutkan oleh Supriyanto (PDIP) dan Muhadi Suyono (PKB). Konsekuensinya, meningkatkan rasa percaya diri (PD) Amin yang dinilai sementara orang (kadangkala) agak berlebihan. Kemudian Yuni Widyaningsih (Mbak Ida), disamping ketua DPD Golkar (yang dipilih secara aklamasi), juga peraih suara terbanyak di Ponorogo (Pemilu Legislatif) dan yang tidak bisa dipungkiri adalah kekuatan dana. Yang ketiga, adalah Mas Udin (Suami Bu Niken), disamping kekuatan dana adalah karena aksebilitasnya di elit Jakarta. Baru kemudian Agus Mustofa (Ketua PAN) atau Marjuki (ketua Partai Demokrat).
Terkait dengan tarik menarik dengan Calon Wakil Bupati, khusus untuk Amin memang bisa menjadi penentu siapa yang menang menjadi Bupati. (baik Muhadi-Amin maupun Supriyanto Amin). Implikasinya, tidak hanya akan terjadi kristalisasi Calon Bupati (bisa menjadi 2 pasangan saja), tetapi juga akan mencegah munculnya calon baru. Karena calon lain (siapapun dan berapa besar dananya) akan berpikir berulang-ulang untuk maju jika berhadapan dengan pasangan tersebut (Muhadi-Amin atau Supriyanto-Amin). Sebaliknya, jika tiga kekuatan tersebut tidak bisa dijadikan dua kekuatan, maka akan potensial melahirkan calon-calon baru lainnya. Bisa muncul dari Demokrat dan bisa muncul dari Golkar, atau partai lain yang selama ini kurang diperhitungkan, misalnya, PPP, PNI Marhein dan partai kecil lainnya.
Sekarang bagaimana dengan kekuatan dana ? Penulis sengaja tidak menghitung dana yang sifatnya spekulatif. Misalnya, dari botoh. Karena sifatnya yang fluktuatif (tidak pasti atau berubah-ubah). Jadi, yang paling mudah adalah yang dipersiapkan oleh calon. Diantara ketiga calon (Muhadi, Amin dan Supriyanto) adalah Muhadi yang paling siap (terlepas keberaniannya dalam menggunakan dana tersebut). Karena dalam prakteknya bahwa pilkada tidak lebih seperti orang berjudi. Artinya, pilihannya hanya dua, jika tidak kalah, ya menang, atau sebaliknya. Jadi, seorang calon yang mempunyai dana belum tentu berani menggunakan dana tersebut. Sedangkan Supriyanto konon menggunakan funding menyebar. Adapun Amin belum jelas terkait dengan persiapan dana.
Terakhir adalah factor Mbah Imam Sudrajat. Jika dikaitkan dengan tiga calon, yaitu Muhadi, Amin dan Supriyanto. Apabila dilihat dari ketergantungan calon terhadap Mbah Imam Sudrajat. Muhadi lebih mandiri dibanding dengan ketiga calon tersebut mengingat pengalaman sebelumnya. Sedangkan Amin sangat tergantung dengan Mbah Imam. Adapun Supriyanto posisinya moderat. Artinya, bisa mandiri, tetapi tetap menjaga hubungannya dengan Mbah Imam. Dalam posisi yang demikian siapa yang berpeluang sangat tergantung kondisi dan kebijakan Mbah Imam Sudrajat. Jika posisinya seperti Pilkada 2005 maka yang paling diuntungkan adalah Amin. Tetapi jika poisisinya tidak maksimal (baik dari segi dana dan pengerahan jaringan), maka yang paling diuntungkan adalah Supriyanto.
Berdasarkan beberapa factor di atas bahwa siapa calon yang bertarung dan potensial di Pilkada 2010, masih beredar tiga nama, yaitu: Muhadi Suyono, Amin dan Supriyanto. Dan harus diakui bahwa masing-masing mempunyai kelebihan. Muhadi Suyono kekuatannya di kesiapan dana dan kendaraan politik (PKB). Sedangkan Amin kekuatannya terletak pada Tim Suksesnya yang militan, tetapi kendaraan politik dan kesiapan dananya belum jelas. Adapun Supriyanto kekuatannya disamping kendaraan politik (PDIP) adalah jumlah pemilih yang konstan (tidak bisa berkurang, tetapi bisa bertambah) dan karakteristik pemilih yang bersifat fungsional. Tidak bersifat karikatif sebagaimana karakteristik pemilih Amin. Wallahu Alam


Cokromenggalan, 11 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar